Saturday, April 5, 2014

Karaktermu Adalah Nasibmu

Oleh Sigit Risat
kepemimpinan
Alkisah, di sebuah kota ada seorang pria bernama Haidar yang menanam pohon berduri di tengah jalan sehingga mengganggu kelancaran lalu lintas warga. Sang Walikota datang menemui pria tersebut dan meminta agar ia memotong pohon berduri tersebut. Permintaan sang Walikota tersebut tidak digubrisnya. Sang Walikota marah dan memperingatkannya kembali agar ia segera memotong pohon berduri itu agar tidak mengganggu warga yang akan lewat.
Setiap kali diingatkan, Haidar selalu mengatakan bahwa ia akan memotong pohon berduri tersebut esok hari. Bulan berlalu dan tahun demi tahun berganti pohon-pohon berduri tersebut tidak dipotong dan malah tumbuh dan berkembang biak. Hingga Haidar sudah tua, pohon itu belum dipotong juga. Seiring dengan waktu, pohon berduri itu bertambah besar dan beranak pinak. Ia menutupi semua bagian jalan. Duri itu tidak saja melukai orang yang melalui jalan tersebut, tapi juga melukai pemiliknya.
Kini Haidar sudah sangat tua, tangannya mengecil, ototnya sudah mengendur dan matanya sudah mulai kabur. Ia kini sudah tidak lagi sekuat dulu. Ia menjadi amat lemah sehingga tidak mampu lagi membawa kapak, apalagi untuk memotong pohon-pohon berduri yang ia tanam sendiri.

Kisah haidar dan pohon berduri di atas dikisahkan oleh Jalaluddin Rumi untuk menggambarkan betapa berbahayanya penyakit hati itu. Beliau pun memberikan nasihatnya, "Dalam hidup ini, kalian sudah banyak sekali menanam pohon berduri dalam hati kalian. Duri-duri itu bukan saja menusuk orang lain tapi juga dirimu sendiri. Ambillah kapak Haidar, potonglah seluruh duri itu sekarang sebelum kalian kehilangan tenaga sama sekali."
Pohon berduri juga bisa diartikan sebagai karakter buruk manusia yang jika dibiarkan ia akan tumbuh subur dan semakin kuat. Dalam kondisi tertentu sesorang sudah tidak punya kekuatan lagi untuk “menebang” pohon karakter buruk itu karena sudah mengakar dan terprogram kuat di benak bawah sadarnya. Bahkan yang lebih berbahaya lagi adalah ketika yang bersangkutan tidak merasa memiliki pohon karakter buruk. Dia merasa baik-baik saja walau pun sudah banyak orang yang terluka hatinya dan menderita oleh perbuatannya.
Para pakar pengembangan diri sepakat bahwa karyawan yang memiliki karakter baik memliki peluang yang lebih besar untuk sukses dalam kariernya dibandingkan dengan karyawan yang berkarakter buruk. Bahkan sebuah survey kepemimpinan menemukan bahwa, para pemimpin lebih memilih karyawan yang tidak pintar tetapi berkarakter baik daripada yang pintar tetapi karakternya buruk. Ini sekali lagi membuktikan bahwa karakter berbanding lurus dengan kesuksesan seseorang.
Persoalannya adalah, walau pun kita menyadari bahwa karakter buruk itu harus segera “ditebang” namun pada kenyataannya itu tidak mudah. Diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk menghilankannya. Belum lagi jika kebiasaan-kebiasaan buruk atau karakter itu sudah semakin kuat, maka semakin susahlah kita merobohkannya. Namun kabar baiknya, siapa yang memiliki niat baik, maka semesta akan membantu mewujudkannya. Tebanglah pohon berduri itu sekarang juga. niatkan itu bukan semata karena kita ingin sukses dalam karier saja, malainkan juga karena kita ingin menjadi hamba Tuhan yang baik, yang bisa membahagiakan orang-orang yang hadir dalam kehidupan kita.
Jagalah pikiranmu, karena pikiranmu akan menjadi ucapanmu
Jagalah ucapanmu, karena ucapanmu akan menjadi perbuatanmu
Jagalah perbuatanmu, karena perbuatanmu akan menjadi sifatmu
Jagalah sifatmu, karena sifatmu akan menjadi karaktermu
Jagalah karaktermu, karena karaktermu akan menjadi nasibmu
Previous Post
Next Post

About Author

Comments
0 Comments

0 komentar:

terimakasih atas komentar nya