Lamtoro : Hijauan Pakan Ternak dengan Palatabilitas Tinggi
Lamtoro sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat di pedesaan sebagai hijauan makanan ternak (HMT) tetapi sejauh mana efektifitasnya terhadap pertumbuhan ternak masih kurang banyak diketahui. Secara umum daun Lamtoro termasuk pakan hijauan yang sangat disukai ternak dalam arti daya palatabilitasnya tinggi serta memiliki kandungan protein kasar yang tinggi pula yaitu sekitar 24% – 30%. Dan kandungan serat kasar antara 12% - 20%. Sehingga memang hijauan ini layak digunakan untuk pakan ternak ruminansia.
Lamtoro, petai cina, atau petai selong menurut definisi dari wikipedia adalah sejenis perdu dari suku Fabaceae (Leguminosae, polong-polongan), yang kerap digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Berasal dari Amerika tropis, tumbuhan ini sudah ratusan tahun diperkenalkan ke Jawa untuk kepentingan pertanian dan kehutanan, dan kemudian menyebar pula ke pulau-pulau yang lain di Indonesia. Tanaman ini di Malaysia dinamai petai belalang.
Tumbuhan ini dikenal pula dengan aneka sebutan yang lain seperti pĕlĕnding, peuteuy sélong (Sd.); kemlandingan, mètir, lamtoro dan lamtoro gung (lamtoro besar; untuk varietas yang bertubuh lebih besar) (Jw.); serta kalandhingan, lantoro (Md.). Nama-namanya dalam pelbagai bahasa asing, di antaranya: petai belalang, petai jawa (Mly.); lamandro (PNG); ipil-ipil, elena, kariskis (Fil.); krathin (Thai); leucaena, white leadtree (Ingg.); dan leucaene, faux mimosa (Prc.). Nama spesiesnya, leucocephala (='berkepala putih') mengacu kepada bongkol-bongkol bunganya yang berwarna keputihan. (Wikipedia.com)
Manfaat tanaman ini telah banyak dilaporkan, yakni sebagai tanaman pioner, pupuk hijau (penyubur tanah), bahan bangunan, tanaman pinggir jalan,sebagai tanaman pelindung (untuk tanaman cacao), pagar hidup, tanaman pendukung (untuk tanaman vanili dan merica), sebagai pembasmi tanaman herba lalang-alang), pencegah erosi,bahan baku pembuat kertas,bahan bakar dan sebagai sumber hijauan makanan ternakyang berprotein tinggi. Sebagai sumber hijauan makanan ternak, tanaman ini belum dimanfaatkan secara optimal. Demikian juga tanaman ini belum banyak dikomersialkan sebagai hijauan makanan ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi hijauan tanaman lamtoro dapat mencapai 20 ton bahan kering/ha/tahun dengan total produksi protein kasar sebesar 3 ton/ha/tahun. Hasil penelitian menunjukkan kandungan nutrisi lamtoro hampir sama dengan glisiridae.
Kandungan Nutrisi Daun Lamtoro
Kandungan Nutrisi Daun Lamtoro
Susetyo (1969) menyatakan bahwa, Tanaman lamtoro berbentuk pohon mencapai ketinggian 10-50 m dan memiliki sistem perakaran yang cukup dalam, daun kecil-kecil, bentuk lonjong sedangkan bunganya bertangkai dan warnanya kekuningan. Daun tanaman lamtoro untuk makanan ternak kambing dan memiliki protein yang tinggi dan diberikan dalam bentuk segar juga diberikan dalam bentuk campur dengan bahan pakan yang lain untuk melengkapi protein dan energy. Sedangkan daun lamtoro yang dapat diberikan kepada ternak sebanyak 10-40%. Lamtoro memiliki daun dan ranting yang disukai ternak, tanaman lamtoro mempunyai daya palatabilitas (tingkat kesukaan) yang tinggi dan kandungan nilai prtotein kasar (PK) : 38,58%, bahan kering (BK) : 29,66%, lemak: 3,50%, serat kasar (SK) : 11,96%, BETN: 46,01%, Abu: 7,79%, Mineral: 7,98%, EM: 19,67 kkal.
Siregal (1996) menyatakan bahwa, hijauan lamtoro memiliki kandungan zat gizi seperti PK: 24,2%, BK: 24,8%, lemak: 3,7%, SK: 21,5%, dan BETN: 43,1%. Sedangkan Polo (1985) menyatakan bahwa toleransia berbagai jenis ternak terhadap lamtoro adalah berkisar antara 40-60%. Lamtoro mempunyai zat gizi yaitu PK: 36,80%, Lemak: 1,4%, sebagai sumber protein yang di sukai oleh ternak.
Tepung Daun Lamtoro Kurang Bagus Untuk Pakan Unggas
Penggunaan lamtoro bisa menekan pertumbuhan broiler dan produksi telur pada layer. Nilai nutrisi yang rendah dari lamtoro karena adanya mimosin. Lamtoro mengandung mimosin sebesar 3-5 % BK, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi lain termasuk protease inhibitor, tannin dan galactomannan.
Karena adanya mimosin ini penggunaan lamtoro dalam ransum non ruminansia sebesar 5-10 % tanpa menimbulkan gejala toxicosis (keracunan).
Lamtoro |
Efek yang merugikan dari mimosin, yaitu menurunkan pertumbuhan dan menurunkan produksi telur dan merontokkan bulu unggas. Puyuh muda lebih sensitif dari pada puyuh dewasa.
Lebih disarankan penggunaan tepung daun lamtoro kering (bahan kering) tidak lebih 2% khusus pada puyuh petelur. Karena dengan penambhan 2% saja efek positif tepung daun lamtoro sudah terlihat akan skor warna kuning telur (yolk) yang berwarna kuning tua dan cerah (ini sangat disenangi konsumen).
Karena memang kandungan karotenoid (karotenoid = bagus meningkatkan skor warna kuning telur dan kulit daging pada ayam) yang tinggi pada tepung daun lamtoro tersebut, juga sisi positif tepung daun lamtoro yang lain kandungan proteinnya yang cukup tinggi sekitar 18 -23% bahan kering.
Jadi tepung daun Lamtoro bisa digunakan untuk pakan unggas tetapi dengan prosentase yang kecil, karena jika terlalu banyak bahkan kurang bagus karena adanya kandungan mimosin yang bisa mengganggu produksi telur dan merontokkan bulu unggas.
Satu lagi, tepung daun Lamtoro bisa juga dijadikan tambahan untuk pakan lele, tentunya dengan dibuat berujud pelet terlebih dahulu dengan campuran bahan lain agar lebih efektif pemakaiannya. Karena kalau masih berwujud tepung maka akan banyak yang terbuang percuma.
Sumber