Oleh
Sigit Risat
Belum lama ini ada seorang wanita datang menemui saya untuk meminta
pendapat mengenai persoalan yang sedang dihadapinya. Dengan ekspresi
wajah yang datar wanita ini mengungkapkan semua unek-uneknya. Rupanya
wanita ini sekarang hidup hanya berdua bersama anak perempuan
satu-satunya yang baru berusia lima tahun. Dia berpisah dengan suaminya
karena ternyata diam-diam suaminya itu memiliki wanita idaman lain.
Perpisahan tak terelakan karena sang suami lebih memilih wanita itu.
Menurutnya, itu adalah peristiwa hidup yang tak akan terlupakan dalam
hidupnya, kejadian yang sangat menyakitkan hati.
Tapi tunggu dulu. Rupanya bukan itu persoalan yang sedang dia hadapi
sekarang sehingga menggerakkan hatinya untuk menemui saya. Karena
menurutnya semua itu sudah berlalu. Persoalan yang sedang dia hadapi
sekarang adalah dia sedang jatuh cinta pada seorang pria mantan
kekasihnya dulu yang dipertemukan kembali oleh facebook.
"Mas Sigit, anehnya perasaan cintaku sama dia itu melebihi perasaan
cintaku sama mantan suamiku. Mungkin karena dia cinta pertamaku?
Entahlah, rasanya sulit untuk mendeskripsikan betapa kuatnya perasaan
cintaku ini."
Setelah matanya berbinar-binar mengungkapkan perasaan cintanya itu, lalu dia terdiam dan perlahan berkata, "Sayangnya
dia sudah punya istri.... Gimana dong Mas, rasanya ngga mungkin deh aku
berpisah dengannya, dia pria yang baik, pengertian, lembut, romantis
dan ngga pelit seperti mantan suamiku dulu. Dia juga udah berjanji untuk
tidak akan melepaskan aku lagi seperti dulu dan akan menikahiku."
Meskipun memberi nasihat pada orang yang sedang jatuh cinta sama
sulitnya dengan melarang anak kecil makan permen, namun karena dia
meminta nasehat saya, akhirnya saya angkat bicara juga. Tentunya sambil
mendoákan kiranya wanita yang tengah berbahagia dengan masalahnya ini
bisa dibukakan kesadarannya oleh Tuhan. Kerena hanya Dialah yang bisa
membolak-balik hati seseorang.
Pembaca yang baik, sebetulnya bukan kisah cinta wanita itu yang ingin
saya bahas di sini. Melainkan tentang fenomena kekuatan cinta yang
begitu dahsyat, yang bisa membuat logika seseorang menjadi lumpuh –
seperti yang dialami wanita itu. Jatuh cinta tentu tidak hanya terjadi
pada lawan jenis dalam konteks cinta sepasang kekasih. Kekuatan cinta
itu juga mencakup hal lainnya, seperti jatuh cinta pada kesebelasan
favorit, hewan peliharaan, hobi, musik, termasuk jatuh cinta pada pekerjaan. Dan demi yang kita cintai itu, kita rela berkorban segalanya.
Faktor cinta yang menggerakan seseorang inilah yang harus kita
miliki pada pekerjaan yang sedang kita tekuni saat ini. Karena jika kita
sudah jatuh cinta pada pekerjaan, maka kita akan suka cita
menjalankannya, bukan terpaksa seperti perbudakan yang menyiksa. Jika
kita jatuh cinta pada pekerjaan, kita akan senang berlama-lama
dengannya. Saat liburan, kita akan merasa kehilangan dan tak sabar ingin
segera bertemu dengannya. Kita akan marah jika ada orang yang
menyepelekannya. Bahkan ketika perusahaan sedang dalam kesulitan, kita
akan merasa sedih dan tanpa pikir panjang langsung menolongnya.
Cinta adalah sebuah faktor penentu keberhasilan seseorang dalam bidang apa pun, termasuk dalam hal pekerjaan.
Jika Anda adalah seorang pemimpin perusahaan, bantu tim Anda untuk
jatuh cinta pada pekerjaannya. Tentu dengan kekuasaan yang Anda miliki,
Anda bisa mengancam meraka untuk menjalankan tugasnya sesuai harapan,
atau bisa juga menawarkan hadiah menarik bagi mereka yang berprestasi.
Namun jangan sampai Anda mengabaikan faktor Cinta yang memiliki kekuatan
lebih dari sekedar reward and punishment. Lalu dari mana memulainya?
Mulailah dengan mencintai mereka dengan tulus.