Kain Kafan dari Torino adalah kain kafan yang memiliki gambaran wajah manusia yang tampak lelah setelah disiksa dengan tangan menyilang.
Lama dipercaya bahwa kain kafan itu merupakan kain yang digunakan untuk membungkus tubuh Yesus setelah disalib. Wajah yang tampak pada kain kafan itu adalah wajah Yesus.
Mantan Paus Benediktus XVI pernah mengungkapkan bahwa gambaran wajah pada kain itu selalu mengingatkan tentang penderitaan Kristus.
Namun, beberapa penelitian yang pernah dilakukan meragukan kepercayaan. Bahkan, kain kafan itu diduga tak berasal dari zaman Yesus disalib.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 1988 oleh ilmuwan dari Universitas Oxford mengungkapkan, kain kafan itu berusia 728 tahun, artinya dari zaman pertengahan.
Riset lain yang dilakukan tahun lalu oleh Universitas Padua di Italia mengungkapkan bahwa kain itu berasal dari masa 300 SM - 400 Masehi.
Kini, sebuah makalah yang dipublikasikan di jurnal Meccanica, Februari 2014, menyatakan bahwa wajah serupa Yesus pada kain kafan Torino itu dihasilkan oleh gempa.
Alberto Carpinteri, profesor Politeknik Torino yang menulis makalah itu, menyatakan, wajah itu dibentuk karena gempa bermagnitud 8,2 yang mengguncang Jerusalem pada tahun 33 Masehi.
Tahun saat gempa terjadi mendekati tahun kematian Kristus yang diperkirakan antara 30-36 Masehi.
Dipaparkan Telegraph, Selasa (11/2/2014), gempa dahsyat itu melepaskan radiasi netron dari tumbukan di batuan.
Selanjutnya, layaknya sinar-X, radiasi netron yang dilepaskan karena gempa memicu reaksi sehingga sebuah wajah tercetak pada kain kafan yang menempel pada jenazah.
Radiasi partikel netron itu juga mengacaukan penanggalan karbon, membuat ilmuwan kerap kali menduga bahwa kain kafan itu berusia lebih muda.
Ilmwuan lain pernah mengungkapkan, kemungkinan wajah pada kain kafan Torino itu adalah hasil radiasi netron. Namun, sumber radiasi netron itu belum diketahui.
Terkait dengan pandangan Carpinteri, Mark Antonacci, Presiden Resurrection of the Shroud Foundation, baru saja mengirim petisi kepada Paus Fransiskus agar meneliti kain itu.
Antonacci meminta Paus mengizinkan penggunaan teknik molekuler guna mengetahui kebenaran teori radiasi itu.
Christopher Ramsey, Direktur Oxford Radiocarbon Accelerator Unit, mempertanyakan pandangan Carpinteri. Mengapa radiasi memengaruhi kain itu, tetapi tidak material lain?
Menurut Ramsey, pandangan Carpinteri belum mampu menyelesaikan teka-teki kain kafan Torino dan apakah wajah pada kain itu memang milik Yesus.